Gangguan kepribadian seperti sosiopat dan psikopat masuk dalam kategori Antisocial Personality Disorders (ASPD). Kedua jenis gangguan ini memiliki kesamaan dalam minimnya empati dan ketidakmampuan untuk merasa penyesalan atau bertanggung jawab. Walaupun ada persamaan, perbedaan di antara keduanya sangat mencolok.
Baca juga : Playing Victim: Memahami, Mengenali, dan Mengatasi Perilaku Berperan Sebagai Korban
Psikopat: Tanpa Kesadaran akan Baik dan Buruk
Psikopat dapat diidentifikasi dari karakteristik dan penyebabnya. Mereka tidak memiliki kesadaran terhadap baik dan buruk, melakukan tindakan merugikan tanpa rasa bersalah, dan seringkali membahayakan orang lain. Psikopat juga cenderung agresif dan suka menempatkan orang lain dalam situasi berbahaya. Meskipun sulit untuk disembuhkan, psikopatisme dapat diatasi dengan pengobatan yang bertujuan mengendalikan perilaku.
Sosiopat: Lemahnya Kesadaran akan Baik dan Buruk
Sosiopat, di sisi lain, masih memiliki sedikit kesadaran akan baik dan buruk, tetapi kelemahannya membuat mereka sulit menghentikan perilaku buruk. Pelanggaran yang dilakukan sosiopat cenderung lebih ringan dan kurang berbahaya. Meskipun kesulitan dalam membentuk hubungan interpersonal, beberapa sosiopat dapat menjalin relasi dengan individu yang memiliki pandangan serupa.
Perbedaan Karakteristik
Meskipun keduanya termasuk dalam kategori antisosial, psikopat dan sosiopat memiliki karakteristik yang sedikit berbeda. Psikopat umumnya berjenis kelamin laki-laki, percaya diri berlebihan, agresif, suka kekerasan, manipulatif, tidak dapat membedakan benar dan salah, dan tidak bertanggung jawab. Sosiopat, di sisi lain, cenderung acuh tak acuh, sulit berhubungan sosial, tidak merasa malu, agresif, senang berbohong, dan tidak bertanggung jawab.
Penyebab Psikopat dan Sosiopat
Penyebab pasti psikopat belum diketahui, namun faktor genetik diyakini memainkan peran penting. Struktur otak yang mengatur emosi yang mengalami cedera atau kecacatan menjadi salah satu penyebab potensial. Sementara itu, penyebab sosiopat juga melibatkan faktor genetik dan lingkungan, seperti pola asuh yang kurang baik, kehidupan keluarga yang tidak stabil, serta pengalaman traumatis pada usia kanak-kanak.
Pengobatan: Psikoterapi dan Konseling
Psikopat jarang menyadari gangguan perilakunya, sehingga pengobatan biasanya dimulai saat muncul gejala atau krisis. Psikoterapi, seperti Terapi Perilaku Kognitif, Berbasis Mentalitas, dan Psikodinamika, menjadi pilihan utama untuk mengelola amarah dan mencegah kekerasan. Konseling kelompok dan penggunaan obat tertentu mungkin diperlukan untuk kasus yang lebih parah.
Baca juga : Mengenal Lebih Jauh tentang Love Language dalam Hubungan Anda
Sosiopat, meskipun sulit disembuhkan, dapat meredakan gejala dengan pengobatan yang tepat dalam jangka panjang. Terapi Perilaku Kognitif efektif dalam mengembangkan perilaku positif, sementara konsultasi dengan psikolog atau psikiater membantu mengatasi masalah sosial dan emosional. Pada kasus yang memerlukan, pemberian obat dapat membantu mengurangi gejala kecemasan, agresi, dan depresi.